Pengikut

Kamis, 19 Mei 2016

SEJARAH PERIODE MLAYU KLASIK

SEJARAH PERIODE MLAYU KLASIK

Sejarah Mlayu Klasik

Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia Lama tidak diketahui kapan munculnya. Yang dapat dikatakan adalah bahwa Sastra Indonesia Lama muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban bangsa Indonesia, sementara kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih menjadi perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa kebangkitan nasional (1908), masa Balai Pustaka (1920),  masa munculnya Bahasa Indonesia (1928), ada pula yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1800-an).

Sastrawan beserta karyanya

1.        Indraputra
2.        Hang tuah
3.        Sejarah melayu (Tun sri lanang)
4.        Hikayat raja (raja pasai)
5.        Silsilah bugis
6.        Sejarah danau maninjau
7.        Kisah mahabarat
8.        mahabarata

Sejarah Angkatan Balai Pustaka (periode 20)

   A.    Sejarah Angkatan Balai Pustaka (1920—1933)

Balai Pustaka didirikan pada tahun 1908, tetapi baru tahun 1920-an kegiatannya dikenal banyak pembaca (Purwoko, 2004: 143). Berawal ketika pemerintah Belanda mendapat kekuasaan dari Raja untuk mempergunakan uang sebesar F.25.000 setiap tahun guna keperluan sekolah bumi putera yang ternyata justru meningkatkan pendidikan masyarakat. Commissie voor de Inlandsche School-en Volkslectuur, yang dalam perkembangannya berganti nama Balai Poestaka, didirikan dengan tujuan utama menyediakan bahan bacaan yang “tepat” bagi penduduk pribumi yang menamatkan sekolah dengan sistem pendidikan Barat. Sebagai pusat produksi karya sastra, Balai Poestaka mempunyai beberapa strategi signifikan (Purwoko, 2014: 147), yaitu:

1.     merekrut dewan redaksi secara selektif
2.     membentuk jaringan distribusi buku secara sistematis
3.     menentukan kriteria literer
4.     mendominasi dunia kritik sastra

Pada masa ini bahasa Melayu Riau dipandang sebagai bahasa Melayu standar yang yang lebih baik dari dialek-dialek Melayu lain seperti Betawi, Jawa, atau Sumatera. Oleh karena itu, para lulusan sekolah asal Minangkabau, yang diperkirakan lebih mampu mempelajari bahasa Melayu Riau, dipilih sebagai dewan redaksi. Beberapa diantaranya adalah Armjin Pene dan Alisjahbana. Angkatan Balai Poestaka baru mengeluarkan novel pertamanya yang berjudul Azab dan Sengsara karya Merari Siregar pada tahun 1920-an. Novel yang mengangkat fenomena kawin paksa pada masa itu menjadi tren baru bagi dunia sastra. Novel-novel lain dengan tema serupa pun mulai bermunculan. Adapun ciri-ciri karya sastra pada masa Balai Poestaka, yaitu:

1.     Gaya Bahasa               : Ungkapan klise pepatah/pribahasa.
2.     Alur                             : Alur Lurus.
3.     Tokoh                          : Plot karakter ( digambarkan langsung oleh narator ).
4.     Pusat Pengisahan        : Terletak pada orang ketiga dan orang pertama.
5.    Terdapat digresi          : Penyelipan/sisipan yang tidak terlalu penting, yang dapat                                           menganggu kelancaran teks.
6.     Corak                          : Romantis sentimental.
7.     Sifat                            : Didaktis (pendidikan)
8.     Latar belakang sosial   : Pertentangan paham antara kaum muda dengan kaum tua.
9.     Peristiwa yang diceritakan saesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.
10. Puisinya berbentuk syair dan pantun.
11. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dll.
12. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan.

Balai Pustaka disebut angkatan 20an atau populernya dengan sebutan angkatan Siti Nurbaya. Menurut Sarwadi (1999: 25) nama Balai Pustaka menunjuk pada dua pengertian:
-          Sebagai nama penerbit
-          Sebagai nama suatu angkatan dalam sastra Indonesia
Menurut Sarwadi (1999: 27) Balai Pustaka mempunyai pengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia yaitu dengan keberadaanya maka sastrawan Indonesia dapat melontarkan apa yang menjadi beban pikirannya melalui sebuah tulisan yang dapat dinikmati oleh dirinya sendiri dan juga orang lain (penikmat sastra). Balai Pustaka mempunyai tujuan untuk memberikan konsumsi berupa bacaan kepada rakyat yang berisi tentang politik pemerintahan kolonial, sehingga dengan hal itu Balai Pustaka telah memberikan informasi tentang ajaran politik kolonial. Berdasarkan penyataan tersebut maka dengan didirikannya Balai Pustaka telah memberikan manfaat kepada rakyat Indonesia karena sasrta Indonesia  menjadi berkembang.
Dilihat dari perkembangan sastranya, Balai Pustaka yang memiliki maksud dan tujuan pendiriannya, maka pasti menetapkan persyaratan-persyaratan didalam menyaring suatu karya sastra. Dengan adanya persyaratan-persyaratan tersebut maka menimbulkan berbagai macam pandangan orang terhadap Balai Pustaka. Hal itu merupakan suatu kelemahan atau permasalahan dari balai Pustaka yang kurang diperhatikan keberadaannya. Menurut Sarwadi (1999: 29) permasalahan itu diantanya meliputi:
·         Roman terpenting yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun 20an ialah Salah Asuhan karya Abdul Muis. Dalam karya itu pengarang lerbih realistis didalam menyoroti masalah kawin paksa. Selain itu berisi juga tentang pertentangan antara kaum muda dengan kaum tua dalam pernikahan. Yang menjadi permasalan bagi pengarang ialah akibat-akibat lebih jauh dari pertemuan kebudayaan Eropa yang masuk dalam tubuh anak-anak bangsanya melalui pendidikan sekolah kolonial Belanda.
·         Novel Belenggu karya Armin Pane pernah ditolak oleh Balai Pustaka karena isinya dianggap tidak bersifat membangun dan tidak membantu budi pekerti. Kemudian noel itu disadur oleh Pujangga Baru tahun1938, dan dicetak ulang oleh Balai Pustaka.

B.     Tokoh-tokoh angkatan Balai Pustaka beserta hasil karyanya

Menurut Rosidi (1986: 37) tokoh-tokoh yang termasuk dalam angkatan Balai Pustaka diantaranya adalah:

1.      Nur Sutan Iskandar
Lahir di Maninjau tahun 1893
Hasil karyanya:

a.      Karangan asli
Salah pilih (dikarang dengan nama samaran Nur Sinah tahun 1928), Karena Mertua (tahun 1932), Hulubalang Raja (novel sejarah oleh Teeuw dipandang yang terbaik), Katak Hendak Jadi lembu, Neraka Dunia (1973), Cinta tanah Air (novel yang terbit pada jaman Jepang tahun1944), Mutiara (1946), Cobaan (1947), Cinta dan Kewajiban (dikarang bersama dengan I.Wairata).
b.      Karangan terjemahan

Anjing Setan – A. Canon Doyle, Gidang Intan Nabi Sulaiman – Rider Haggard, Kasih Beramuk dalam Hati – Beatrice Harraday, Tiga Panglima Perang - Alexander Dumas, Graaf De Monto Cristo – Alexander Dumas, Iman dan Pengasihan – H Sien Klewiex, Sepanjang Gaaris kehidupan – R Casimir.

c.       Karangan saduran
Pengajaran Di Swedwn – Jan Lightair, Pengalaman Masa Kecil – Jan Lighard, Pelik-pelik Kehidupan – Jan Lighard, Si Bakil – Moliere Lavare, Abu Nawas, Jager Bali, Korban Karena Penciiptaan, Apa Dayaku karena Aku Seoarng Perempuan, Dewi Rimba

d.      Catatan harian
Ujian Masa (21-7-1947 s/d 1-4-1948)

2.      Abdul Muis
Lahir di Minangkabau
Hasil karyannya : Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Suropati (1950) - novel sejarah, Robert Anak suropati (1953) – novel sejarah, Sebatang Kara (Hector Mallot) – karangan terjemahan.
3.      Marah Rusli
Lahir di Padang 7 Agustus 1989 dan meninggal di Bandung 17 Januari 1968.
Karya-karyanya: Siti Nurbaya (1922) – Sub judul Kasih Tak Sampai, Anak dan Kemenakan (1956), Memang Jodoh – La Harni (1952).
4.      Aman Datuk Majaindo
Lahir di Solok pada tahun 1896.
Karya-karyanya: Si Doel Anak Betawi (cerita anak-anak), Anak Desa (cerita anak-anak), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Menebus Dosa, Perbuatan Dukun - Rusmala dewi (dikarang bersama S. Harja Sumarta), Sebabnya Rapiah Tersesat (1934), Syair Si Banso (Gadis Durhaka) terbit tahun 1931 – Kumpulan Syair, Syair Gul Bakawali (1936) – Kumpulan Syair.
5.      Muhammad Kasim
Lahir tahun 1886
Karya-karyanya : Pemandangan Dunia Anak-anak, Teman Dukun (kumpulan cerpen), Muda Terung, Pengeran Hindi, Niki Bahtera.
6.      Tulis Sutan Sati
Hasil karyanya:
a.       a.Karangan yang berbentuk novel:
Tidak Membalas Guna (1932), Memutuskan Pertalian (1932), Sengsara Membaaw Nikmat (1928).
b.      Cerita lama yang disadur dalam bentuk syair:
Siti Marhumah yang Saleh, Syair Rosida.
c.       Hikayat lama yang ditulis kembali dalam bentuk prosa liris:
Sabai Nan Aluih
7.      Selasih dan Sa’adah Alim
Selasih sering memakai nama samaran Seleguri atau Sinamin. Lahir tahun 1909
Karya-karyanya: Kalau Tak Ujung (1933), Pengaruh Keadaan (1973).
Sa’adam Alim
Karya-karyanya: Pembalasannya (1941) – sebuah sandiwara, Taman Penghibur Hati (1941) – kumpulan cerpen, Angin Timur angina Barat (Preal S. Buck) – karya terjemahan.
8.      Merari Siregar
Hasil karyanya: Azab dan Saengsara (1920)
9.      I Gusti Njoman Pandji Tisna
Karya-karyanya: Ni Rawi Ceti Penjual Orang (1935), I Swasta Setahun di Bedahulu (1941), Sukreni Gadis Bali, Dewi Karuna (1938), I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan)
10.  Paulus Supit
Hasil karyanya: Kasih Ibu (1932)
11.  Suman H.S
Lahir di Bengkalis
Karya-karyanya: Kasih Tak Terlarai (1929), Percobaan Saetia (1931), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932), Kawan Bergelut (1938) – Kumpulan Cerpen.

Sejarah Angkatan Pujangga Baru (periode 30)
   A.    Sejarah Munculnya Periode Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
1. Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
2.    Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
3. Ketiga Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Pujangga Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan
sastra yang mulai diterbitkan pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang
kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda pengambil inisiatif 3
penerbitan majalah itu. Majalah tersebut menjadi media pertemuan para penulis muda. Dalam dada para penulis muda hanya ada satu tekad dan modal, yaitu hasrat yang menyala-nyala (antusiasme). Pada tahun itu pula diedarkannya prospectus atau edaran tentang pendapat dan pendirian kesusastraan. Maka terbentuklah perkumpulan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru. Pujangga Baru merupakan perjuangan untuk memajukan kesusastraan baru Indonesia sebagai Kader Kebudayaan Bangsa Indonesia, yang sesuai dengan jiwa baru bangsa Indonesia. Dengan lahirnya Pujangga Baru dimulailah kesusastraan Indonesia yang sebenarnya, dan kesusastraan Melayu di bumi Indonesia pun berakhirlah. Pujanggapujangganya terdiri atas berbagai suku bangsa yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa perjuangan, bahasa untuk melahirkan perasaan dan pikiran, menuju cita-cita yang luhur yaitu kemerdekaan dan kemajuan bangsa.
Semangat yang mendorong lahirnya Pujangga Baru ialah: Perasaan ingin bebas merdeka, tidak terkungkung dalam melahirkan perasaan, kehendak, dan pendapat menurut gerak sukma dan jiwa masing-masing.
b.  Tokoh Periode Angkatan Pujangga Baru.
Angkatan Pujangga Baru mempopulerkan jenis puisi yang lazim disebut puisi baru yang meliputi soneta, distikon, kwartrain, dan sebagainya. Penyair yang

dipandang paling kuat pada masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin digelari Raja Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini, misalnya : Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara Hadi. Berikut ini adalah penyair-penyair Angkatan Pujangga Baru :
1. Amir Hamzah
Amir Hamzah dipandang sebagai penyair terbesar pada masa sebelum perang. Oleh karenanya H.B. Jassin menyebutkan sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Dua buah kumpulan puisinya yang terkenal adalah Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941). Sebenarnya puisi-puisi dalam Buah Rindu merupakan karya-karya pada awal kepenyairan Amir Hamzah, namun karena dipandang kurang memiliki kedalaman emosi, puisi-puisi tersebut diterbitkan kemudian.

Puisi-puisi yang terkumpul dalam Nyanyi Sunyi lebih menunjukkan hasil karya permulaan dari penyairnya, ketika ia baru mencoba menciptakan puisi.
Di samping kedua karyanya itu, Amir Hamzah juga mengumpulkan sajak-sajak terjemahan. Sajak-sajak yang diterjemahkan itu berasal dari Negara-negara tetangga dan diterbitkan dengan judul Setanggi Timur. Sajak-sajak Amir Hamzah yang terkenal dikumpulkan di dalam Nyanyi Sunyi. Sajak-sajak itu diantaranya “Doa” yaitu :
“Doa”
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samara sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik.
Angina malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang piker, membawa angan ke bawah kursiMu.
Hatiku terang menerima kataMu, bagai bintang memasang lilinNya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihMu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan kataMu, penuhi dadaku dengan, cahayaMu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar galakku rayu.

“Doa” Amir Hamzah bersifat. Dalam puisinya ini Amir Hamzah ingin menunjukkan kemesraan hubungannya dengan Tuhan bagaikan kemesraannya dengan sang kekasih. Dalam puisi ini bahkan Tuhan disapa dengan kata “Kekasihku”. Dalam karangan-karangannya, ia tidak terlepas dari unsur Melayu dan unsur lama, yaitu bentuk pantun dan syair. Baris-barisnya tersusun atas dwiangga- tunggal dengan sebuah jeda (caesure) di tengah baris. Pada bentuk-bentuk puisinya, unsur Melayu pada Amir Hamzah tampak juga pada :
a.    Sifatnya yang suka terhina-hina diri Misalnya untuk menyebutkan dirinya dipakai kata-kata dagang, musafir hina.
b.    Pemakaian kosakata dan perbandingan-perbandingan.
c.    Ia tidak pernah menggunakan bentuk soneta dalam karangan puisinya, walaupun bentuk itu amat digemari orang pada masa itu.
Demikianlah Amir Hamzah sebagai penyair terbesar pada masa Pujangga Baru. Karena irama puisinya kebanyakan padu, maka H.B. Jassin juga menjulukinya sebagai penyair dewa irama. Amir Hamzah adalah bangsawan dari Langkat yang lahir pada tanggal 28 Februari 1911 (tepatnya di Tanjungpura).
2.  Sutan Takdir Alisjahbana
Sutan Takdir Alisjahbana lebih dikenal sebagai tokoh prosawan Angkatan Pujangga Baru daripada tokoh puisi. Prosa-prosanya menjadi salah satu tonggak baru dalam dunia prosa di Indonesia. Gagasan-gagasan Sutan Takdir Alisjahbana yang cemerlang lebih banyak dicetuskan lewat prosa-prosanya daripada lewat puisi-puisinya. Mulai dari Layar Terkembang, Grotta Azzura, sampai dengan Kalah dan Menang, dikemukakan gagasan-gagasan dalam berbagai bidang kehidupan. Puisi-puisi Sutan takdir Alisjahbana dikumpulkan dalam kumpulan puisinya Tebaran Mega. Salah satu puisi adalah “Kembali” yaitu :


“K E M B A L I”
Ketika beta terjaga di dini hari
Melihat ‘alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam hatiku.

Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna,
Mega muda bermain di awing,
Kemilau embun menyambut terang.

Hidup, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita

Jalan waktu terlambat tiada,
Siang terkembang malam ‘lah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
(St. Takdir Alisyahbana)

3.   J.E. Tatengkeng
Penyair yang sajak-sajaknya berisi ratapan duka ini dilahirkan di kolongan Sangihe, Minahasa pada tanggal 19 Oktober 1907 dan meninggal dunia pada tanggal 6 Maret 1968 di Ujung Pandang. Pendidikan yang dilaluinya adalah HKS, HIS di Tahuna, dan kemudian di Pajeti. Tahun 1947 pernah menjabat sebagai Menteri Muda Pengajaran dan kemudian tahun 1949 menjabat sebagai Perdana menteri Negara Indonesia Timur (NTT).
Pernah menjabat sebagai Kepala Inspeksi Kebudayaan Provinsi Sulawesi

Selatan di Makassar. Tatengkeng pernah menjabat sebagai dosen dan pendiri Universitas Hasanuddin. Sajak-sajaknya dikumpulkan dalam Rindu Dendam (1934). Puisi-puisi dalam kumpulan ini bernafaskan ketuhanan dan rasa syukur penyair atas kurnia Tuhan. Kedudukan yang diungkapkan lewat puisinya adalah disebabkan oleh kematian anaknya; kemudian nasib itu diterimanya sebagai kehendak Tuhan yang mesti diterima dengan tawakal.
Walaupun pengaruh Angkatan 80-an amat jelas pada J.E. Tetengkeng antara keduanya terlihat adanya perbedaan-perbedaan seperti yang dikemukakan oleh A. Teeuw sebagai berikut :
a.       Jika puisi-puisi Angkatan 80-an umumnya mengandung kemurahan dan kesedihan. Puisi Tatengkeng lebih banyak mengandung suasana kegembiraan.
b.       Pada Angkatan 80-an terdapat pertentangan antara agama dengan umat Kristen. Sedangkan pada J.E. Tatengkeng pertentangan semacam itu tidak ada. J.E. Tatengkeng sebagai penyair memang tidak deduktif, berhubungan dengan perhatiannya yang meliputi berbagai kegiatan. Akan tetapi, dalam deretan pengarang Pujangga Baru ia termasuk penyair yang penting karena memiliki berbagai kekhususan, baik tenttang dirinya maupun puisi-puisinya.

4.   Hamidah
Nama sesungguhnya adalah Fatimah Hasan Delais. Ia lahir tahun 1914 dan meninggal pada 8 Mei 1953 di Palrmbang. Ia pengarang wanita pada zaman Pujangga Baru. Namanya menjadi penting karena pengarang dari kaum wanita pada masa itu belum banyak dan karangannya memang mempunyai corak khusus. Salah satu karangannya yang cukup penting adalah berjudul Kehilangan Mustika.

5. Armijn Pane
Armijn Pane lahir di Muara, Sipongi, Tapanuli, 18 Agustus 1908. Dalam tulisan-tulisannya ia memakai nama samara yang berbeda-beda antara lain Adinata, A-Jiwa, A.Mada, A.Panji, Empe, dan Kornot. Karangannya meliputi berbagai macam bentuk novel, drama, puisi, cerpen esai dan juga karangan tentang pengetahuan tata bahasa. Salah satu karangannya yangterkenal berjudul Belenggu  (1940).
6. I Gusti Nyoman Putu Tisna (Anak Agung Panji Tisna)

Ia seorang pengarang dari Bali, beragama Hindu, lahir di Singaraja, 8 Februari 1908. Karangannya telah banyak diterbitkan. Sebagian besar karangannya mengambil tema yang berhubungan dengan adat kepercayaan masyarakat Bali dan dengan sendirinya mengambil latar belakang kehidupan di daerah Bali pula. Salah satu karangannya yang terpenting adalah berjudul Sukreni Gadis Bali.

7. Suman Hs. (Hasibuan)
dilahirkan di Bengkalis pada tahun 1904. Suman Hs. Terkenal sebagai pengarang cerita detektif, seperti dalam karangan yang berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan. Ia juga menulis beberapa puisi yang dimuat dalam majalal, Panji Pustaka dan Majalah Pujangga Baru. Ciri khas pada semua karangan Suman Hs. yang paling menonjol ialah:
• Bahasa yang digunakan sungguh lancer, hidup dan memiliki perhatian.
• Sifat kejenakaannya terdapat pada hamper semua karangan.
• Semua novelnya mengandung unsure detektif walaupun sifat detektifnya masih sederhana dan orang gampang menebak penyelesaian persoalannya.

8. M.R. Dayoh (Dr. He. Marius Ramis Dayoh)
Karangannya:
- Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (1931)
- Pahlawan Minahana (Novel Sejarah 1935) dan lain-lain.
9. Asmara Hadi
Nama sebenarnya Abdul Hadi. Nama samarannya Asmara Hadi, H.R. Hadi Ratna, IDIN dan IPIH A. Ia banyak menulis puisi dalam beberapa majalah, tetapi belum ada yang dibukukan tersendiri. Karangannya yang terkenal adalah Di Belakang Kawat Duri.

10. A. Hasymy (M. Ali Hasyim)
Ia pernah jadi Gubernur Aceh tahun 1957. Hampir semua sajaknya bernafaskan Islam dan mengandung unsur nasionalisme. Karangannya: Kisah Seorang Pengembara (Kumpulan Puisi, 1936) Dewan Sajak (Kumpulan Puisi, 1940)

11. Abdul Muis
Abdul Muis lahir pada tahun 1890. Belajar pada HIS (Sekolah Rakyat Belanda) dan Stovis (Sekolah Dokter) sampai tahun 1905, tetapi tidak tamat. Menjadi jurnalis (wartawan) dan menceburkan diri dalam gelanggang polotik. Banyak menyadur dan menterjemahkan juga banyak menulis cerita lama secara singkat. Romannya yang terkenal :

·         Salah Asuhan
·         Pertemuan Jodoh

12. Sanusi Pane
Lahir di Muara Sinongi(tapanuli) tahun 1905. mengunjungi Balai, Sibolga dan Padang. Sudah itu masuk sekolah mulo di padang dan kemudian di Jakarta. Akhirnya masuk kweekschool Gunung sari. Umur 19 tahun dianggat jadi guru pada Kweekscool Gunung Sari, yang kemudian pindah ke Lembang dan menjadi HIK. Juga mengajar di HIK. Negeri di bandung. Akhir tahun 1982 ia pergi ke India untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan Hindu. Kembali dari India ia memimpin majalah Timbul. Tahun 1934 ia memimpin perguruan Rakyat di Bandung dan masuk ke jurnalistik (menjadi jurnalistik). Pindah ke Perguruan Rakyat di Jakarta, kenudian menjadi pemimpin harian kebangunana dan kepala pengarang pada Balai Pustaka. Dalam karangan Sanusi Pane kelihatan 3 pengaruh: barat, India dan Jawa. Pengaruh barat kelihatan dalam Panoaran Cinta dan Madah Kelana dan lakon-lakonnya kelihatan pengaruh India. Ia condong jemistik Hindu. Pengaruh Jawa terang benar pada pilihan ini beberapa sandiwaranya. Pada Sanusi Pane berbagai-bagai pengaruh tidak menjadi bulat padu, tetapi ia sering kelihatan melompat dari yang satu kepada yang lain, pendudukan Jepang menjadi ketua pusat Krbudayaan Jakarta.
Karangannya :
1. Pancaran Cinta (Prosa- lirik, 1926).
2. Puspa Maga (kumpulan sajak, 1927).
3. Madah Kelana (kumpulan sajak, 1931).
4. Kertajaya (sandiwara 1932).
5. Sandyakala ning Majapahit (sandiwara 1933).
6. Manusia baru ( Sandiwara 1940).
7. Sejarah Indonesia (1942)

13. Mohammad Yamin.

Dilahirkan di Sawah Lunto pada 23-8-1903. jalan sekolahnya agak membelok-belok. Dari sekolah Desa ke HIS, lalu ke Mulo. Dari Mulo masuk sekolah Pertanian lalu dipindah ke Sekolah Dokter Hewan. Kemudian pindah lagi ke AMS. Jogyakarta mencapai samtamat. Akhirnya melanjutkan ke RHS. Dan mencapai gelar MR. Pada th.1932.Di samping pekerjaannya sebagai pengacara dan ornaf pergerakan, ia masih sempat mempelajari secara mendalam bahasa dan sejarah Indonesia serta kebudayaan Timur.waktu muda ia banyak menulis puisi (Soneta terutama).
Pada usia tiga puluh ia menulis tonil “menantikan surat dari Raja”(terjemahan karangan R.Tagore 1928), dan Ken Arok dan Ken Dedes “. Setelah umur empat puluhan menulis biofgrafi, misalnya : Gajah Mada, Diponegoro. Berapa kali menjadi menteri. Karangannya yang lain misalnya :
1. Tan Malaka (1945).
2. Pantun-pantun sonata-soneta dan sanjak-sanjak bebas antara lain :
a. Gita gembala (kumpulan sonata).
b. Pagi-pagi (Soneta).
c. Gubahan (sonata).
d. Sungguhkan (sanjak bebas).

14. Rustam Effendi
Lahir di Sumatra tahun 1903. sesudah sekolah rendah mengunjungi Kweekschool Bukit tinggi, Hogere Kweekschool (SGA). Bandung, mendapat dan mencapai hoofdaote di negeri Belanda, menjadi anggota Tweede kamer sebagai wakil partai komunis (1936-1946). Mengunjungi Rusia kembali ke Indonesia sesudah keluar dari partai komunis dan mengabungkan diri dengan tan Malaka. Dalam kesusastraan salah seorang kenamaan sebelum Pujangga baru, karena keberaniannya membuat experiment tentang bahasa, malahan dapat dianggap salah seorang perintis jalan untuk puisi sesudah perang dunia ke 2. karangannya tidak mudah difahami, karena penuh dengan kata-kata dialek (yang hanya dipakai di suatu daerah saja) dan exsperimen-experimen bahasa.
Karangan :
1. Percikan Perempuan (kumpulan sajak 1924).
2. Rabasari (drama)

15. Ach. Kartamihardja
Lahir tahun 1911 di Bandung. Tamat sekolah Mulo di Bandung, sampai akhir tahun 1939 menjadi employe kebun di Parakan Salak. Awal 1940 jatuh sakit dan di raawat di Cisarun lima bulan lamanya. Ketiga itu banyak membaca dan terutama tertarik kepada pengarang-pengarang Nowergia. Waktu itu juga tertarik pada kesusastraan Indonesia dan agama Islam. Menulis sajak dalam majalah Panci Pustakasuara Timur, Pujangga Baru, Panca Raya dan Pembangunan. Semasa Pemerintahan Jepang masuk bekerja pada Pusat Kebudayaan Jakarta, sebagai penterjemah buku-buku Suna. Menjadi sekretaris dari “Angkatan Baru, yaitu kumpulan seniman-seniman yang didirikan oleh Pusat Kebudayaan. Menjadi anggota peibang Pergabungan Usaha Sandiwara Jawa. Beberapa bulan sebelum Jepang jatuh, minta berhenti lalu berdagang.
Karangannya:
Beberapa paham Angkatan 45 (Tinta Mas 1953)
16. Intovo
Nama samarannya: Rhamedin. Lahir di Tulungagung 27-7-1912. Masuk HIS di Mojokerto, Lamongan, Nganjuk dan Blitar dan kemudian HIK (SGA) di Blitar. Tahun 1930 pindah ke HIK Gunungsari di Lembang. Tahun 1933 tamat lalu masuk Hoofd-acte Cursus di Bandung, kemudian pada sekolah Mardisiswa di Blitar. Mulai tahun 1938 bekerja di HIS Rangkasbitung.
Karangannya:
Sajak termuat dalam majalah Keluarga (Tamansiswa), Pujangga Baru, Kejawen bahasa Jawa dan Bangun (Bahasa Belanda) .

17. Ajirabas

Nama sebenarnya WJS. Purwedaminto. Lahir di Yogyakarta, 20-7- 1903. Mula-mula sekolah HIS sore, lalu pindah ke sekolah Klas II. Kemudian, Normaalschool Muntilan. Akhirnya Normaalschool Ambarawa. Tetapi pengetahuannya yang terbanyak diperoleh pada waktu sudah bekerja sebagai guru. Mula-mula belajar bahasa Belanda, sudah itu filsafat di bawah pimpinan Dr. J. van Rijckervorsel, Belajar Jawa Juno di bawah pimpinan Dr. C. Coxs. Sementara itu dipelajarinya juga bahasa Inggris. Ketika ia menjadi guru bahasa Indonesia di Jepang, ia melanjutkan pelajaran bahasa dan kesusastraan Inggris serta dipahamkannya juga sekedarnya bahasa Jepang. Agamanya Rooms Katholik. Di Jepang ia tinggal selama 5 tahun, yaitu dari 1932 sampai 1937, setelah kembali dari Jepang bekerja pada Balai Pustaka sebagai redaktur.
Karangannya:
1. Pacoban (1933)
2. Bausastra Jawa
3. Kamus Umum Bahasa Indonesia dan lain-lainnya.

18. Yogi (A. Rival)
Lahir di Bonjol 1876. Guru bantu. Sejak 1955 bertani dan berniaga. Terasa pengaruh ajaran Theosofi padanya.

19. Dr. Abu Hanifah (dengan nama samara El Hakim)
Lahir tahun 1906 di Padang Panjang. Keluaran Sekolah Tinggi Kedokteran, Jakarta. Menulis beberapa sandiwara.

20. Jamaluddin (dengan nama samara Adi Negoro)
Pernah belajar di Stovia. Bergerak dalam lapangan jurnalistik. (persuratkabaran) Darah Muda Asmara Jaya. 21. Hamka (Haji Abdul Molik Karim Amrullah)
Lahir tahun 1908 di Sumatra Barat, anak Dr. H. Karim Amrullah. Hamka terkenal sebagai pengarang Islam (tidak masuk Angkatan yang telah dicarakan di atas).

22. Soetomo Jauhari Arifin
Lahir tahun 1916 dekat Madiun. Mengikuti kursus terkenal (tukang gambar) dan opname.
Karangannya: Andang Teruna

23. Hamidah (Nama sebenarnya Fatimah Hasan Delais)

Lahir di Mentok 13-6-1915. Meninggal 8-5-1953. Lepas dari sekolah Rakyat selanjutnya ke Meisyee Normaal – School di Padang Panjang. Tahun 1926 mulai mengajar pada Gr. di Mentok kemudian mengajar diPalembang Institut. Sambil bekerja belajar di Palembang bahasa Inggris dan pegang buku. Gemar membaca karangan Shakespease. Mengajar pada perguruan Taman Siswa sampai Jepang dating. Waktu revolusi berjalan membuka sekolah sendiri, yang pada tahun 1949 diserahkan kepada Pemerintah. Karangannya popular ialah: Kehilangan Mestika (roman)

24. Mozasa (Nama sebenarnya Mokhamat Zain Saidi)
Lahir di Sumatra Timur 1913. Tahun mengunjungi Normaalschool di Pematang Siantar masuk opleiding voor Landbouwenderwizer di Pancosan (Bogor) 1934. Menjadi guru Sekolah Desa di Kisaran 1935. Menjadi guru tani pada Verslgschool di Arnhemia. Karangan sajaknya dimuat antara lain dalam Pujangga Baru.

25. Anas Maruf
Lahir tahun 1922. Fakultas Hukum ( Gajah Mada Jogyakarta 1946 – 1948). Banyak menterjemahkan karangan R. Tagore (Kahir Citra, Sadhana).

26. Munis Samsul Azhar
Lahir di Kotaraja tahun 1921. Fakultas Kesusasteraan Gajah Mada. Karangan : Sanjak “ Bunglon”.

27. Lauren Kostar Bohang.
Lahir tahun 1913 di Sangihe. AMSB.
Karangannya :
1. Essay tentang Amir Hamzah.
2. Setangkai Kembang Melati.

28. Rival Amin
Lahir tahun 1927 di padang Panjang. Pendidikan SMA. Pekerjaan : Tukang catur, pembantu pada Badan Kepolisian, redaktur majalah “ Nusantara”, redaktur majalah “ Gema Suasana”.
Karangannya :
1.      Tiga menguak Takdir.
2.      Tali Jangkat Putus

29. Asrul Sani

Lahir di Sumatra Barat tahun 1926. pendidikan : Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Bogor. Di waktu revolusi memimpin Lasykar Rakyat. Kemudian masuk tentara, jadi mahasiswa, menerbitkan harian perlawanan “
Suara Bogor” ; redaktur Gema Suasana”.
Gubahannya :
1.      Anak Laut ( Puisi)
2.      Surat dari ibu ( Puisi)
3.      Bola Lampu ( ceritera pendek ).
4.      40. Adrus

30. Idrus
Lahir 21-9-1921. di Padang. Di samping Khairil Anwar dalam puisi, pembawa udara baru dalam prosa kesusasteraan Indonesia. Mulai menulis lukisan-lukisan ceritera pendek dan sandiwara, sesudah Jepang mendarat dalam tahun 1942. lukisan-lukisannya : Corat-coret di bawah Tanah, di tulisnya semasa Jepang dan baru bisa di umumkan sesudah proklamasi Indonesia merdeka. Sandiwara yang di tulisnya semasa Jepang dan baru bisa di umumkan sesudahnya :
1.      Drama Ave Maria
2.      Keluarga Surono
3.      Kejahatan membalas dendam
4.      Dr. Bisma
5.      Jibaku Aceh.
Perjalanan pandangan hidupnya kelihatan dalam karangankarangannya Ave Marin ( ceritera pendek ), melalui corat-coret di bawah Tanah sampai ke Surabaya dan jalan lain ke Roma, yang dibukukan oleh Balai Pustaka di bawah nama : dari Ave Marin ke jalan lain ke Roma.

31. Ananta Tur Pramoedya
Lahir di Blora tahun 1925. pendidikan: SR. Blora dan Taman Dewasa Jakarta. Waktu Jepang : pegawai Domei; permulaan revolusi ; fron–korenpondent resimen 6, divisi Siliwangi – di tawan Belanda dari tahun 1947 – 1949.
Karangannya :
1.      Perburuan
2.      Subuh
3.      Percika Revolusi
4.      Keluarga Gerilya
5.      Di tepi kali Bekasi
6.      Mereka yang di lumpuhkan.

32. Samiati Akisyahbana
Lahir tanggal 15-3-1930. pendidikan His, SMP, SMA. Gubahannya :
1.      Gambar Hidup ( puisi bebas )
2.      Hanya mencoba ( puisi bebas)
3.      Air Tenang ( puisi bebas).

33. S. Rukiah
Lahir 25 – 4 – 1927 di Purwakarta – Pendidikan : Sekolah Guru tahun (C. V. O ). Guru Sekolah Rendah Gadis Purwakarta. Karangannya :
1.      Pohon Sunyi ( puisi bebas )
2.      Pulasan Hidup ( puisi bebas ).

34. Waluyati
Lahir 5 – 12 – 1924 di Sukabumi. Pendidikan : ELS – Mulo – HBS. Besar perhatiannya kepada alam – Gemar melukis dan main musik.
Gubahannya :
1.      Telaga Remaja ( sonata berekor )
2.      Nanti, Nantikanlah ( puisi bebas )
3.      Siapa ? ( puisi bebas )
4.      Berpisah ( puisi bebas )
5.      Engkau ( puisi bebas ).

35. Rosihan Anwar
Lahir pada 10 – 5 – 1922 di Padang. Pendidikan AMSI di Jogya, kemudian SMT. Jakarta. Pekerjaan wartawan “ Asin Raya” – “ Merdeka” – “ Singsat” dialah yang mula-mula memakai nama “ Angkatan 45” sebagai nama suatu aliran. Karangannya : Radio Masyarakat ( ceritera pendek ).

36. H. B. Yassin

Ahli kritik yang terkemuka dewasa ini. Tempat lahirnya di Minahasa. Banyak mengarang kupasan-kupasan tentang hasil seni dan kebudayaan pada umumnya. Mula-mula banyak mengubah syair, tetapi akhirnya lebih banyak menumpahkan perhatiannya kepada soal menimbang dan memperkatakan hasil-hasil kesusasteraan.
Karangannya :
1.      Pancaran cita ( 1946 kumpulan ).
2.      Gema Tanah Air ( kumpulan puisi dan prosa ) ( 1942 – 1948 ).
3.      Angkatan 45 ( 1951 ).












Sejarah Angkatan Jepang Sampai
Angkatan Kemerdekaan (45)
A.    Latar Belakang Lahirnya Angkatan 42
Lahirnya Angkatan ’42 bersamaan dengan adanya Perang Pasifik. Perang Pasifik meletus pada tanggal 7 Desember 1941 yang diawali dengan adanya serangan Jepang ke pangkalan Angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour. Dalam waktu singkat Jepang telah berhasil menguasai Pasifik dan kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Jepang mengumandangkan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Timur termasuk Indonesia. Rakyat Indonesia menyambut dengan penuh antusias. Namun, dalam kenyataannya setelah Jepang berhasil menguasai Indonesia, segera mengeluarkan pernyataan adanya larangan semua kegiatan baik di bidang politik maupun budaya. Sebagai gantinya, pemerintah pendudukan Jepang mendirikan perkumpulan atau gerakan Tiga A, kemudian Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan kemudian menjadi Jawa Hokokai.
Majalah dan surat kabar dilarang terbit. Alasannya, bahwa segala tenaga perlu digunakan secara efektif. Kondisi yang demikian itu sangat menggetarkan pikiran dan jiwa sebagian seniman Jepang. Namun demikian, kegiatan seni dan budaya yang merupakan ekspresi kehidupan manusia pada zamannya tetap tumbuh dan berkembang. sehingga di masa pendudukan Jepang ini pun juga muncul tokoh-tokoh sastrawan dengan karya-karyanya.
Masa pendudukan Jepang diwarnai dengan kehidupan yang memilukan dan penuh perjuangan. Hal tersebut memengaruhi hasil karya para sastrawan angkatan ’42. Karya sastra mengandung cita-cita, menimbulkan semangat cinta tanah air, mengobarkan semangat juang, dan menganjurkan semangat kerja.
Tokoh Dan Hasil Karyanya :
1. Usmar Ismail
- Puntung Berasap (kumpulan sajak);
- Mutiara dari Nusa Laut (drama radio);
-Tempat Yang Kosong (drama).
2. Rosihan Anwar
Hasil karya:
- Radio Masyarakat;
- Lukisan (Sajak);
- Lahir dan Batin (sajak);
- Raja kecil;
- Bajak Laut di Selat Malaka
3.  Amal Hamzah
(1)   Pembebasan Pertama,
(2)   kumpulan sajak
(3)   Melaut Berciku, sajak
(4)   Buku dan Penulis, kritik roman dan drama.
4.  Abu Hanifah atau El Manik
Taufan di Atas Asia, merupakan kumpulan drama zaman Jepang dan dibukukan pada tahun 1949, yang terdiri atas empat drama, yaitu
(1)   Taufan di Atas Angin, Intelek Istimewa, Dewi Rini, dan Insan Kamil
(2)   Rogaya
(3)   Mambang Laut
(4)   Dokter Rimbu, roman.
5.  El Hakim (Abu Hanifah)
Hasil karyanya:
- Taufan di Atas Asia (kumpulan drama berisi empat cerita drama: 1. Taufan di Atas Asia, 2. Intelek Istimewa, 3. Insan Kamil, 4. Dewi Reni);
- Dokter Rimba (novel);
-Rogaya (novel);
6.  MS. Ashar
Hasil karyanya:
- Bunglon (puisi).
7.  Idrus
Hasil karyanya
-          Corat-Coret di Bawah Tanah.
8. Chairil Anwar adalah seorang penulis yang sudah mulai menulis pada zaman Jepang. Ia bersifat Individuaslistis, tetapi karyanya baru disiarkan pada masa ‘45. Ia juga sebagai seorang pelopor Angkatan ’45.
9. Bung Usman
Hasil  karyanya
-hendak tinggi
-hendak jadi “orang besar”???
9. Karim Harim
Hasil karyanya
-palawija

b.      Sejarah Munculnya Angkatan ’45
Munculnya angkatan ‘45 ini diawali adanya sikap dan cita-cita para pengarang yang akan diperjuangkan, yaitu ingin membentuk kebudayaan yang universal. Selain itu para pengarang pada saat itu adalah pengarang yang revolusioner dalam kesusastraan. Penamaan angkatan ‘45 membuat pengarang adu pendapat sehingga terdapat pro dan kontra dengan penamaan tersebut.
Nama angkatan ‘45 sebenarnya baru terkenal mulai tahun 1949 pada saat Rosihan Anwar melansir istilah angkatan ‘45 dalam suatu uraiannya dalam majalah Siasat tanggal 9 Januari 1949. Dalam tulisannya tersebut, ia mengatakan bahwa kemerdekaan adalah syarat mutlak untuk perkembangan-perkembangan kebudayaan yang sejati suatu bangsa. Pengenalan angkatan ‘45 itu menandai peristiwa kemerdekaan yang terjadi pada tahun tersebut.
Tokoh  dan hasil Karya Sastra Angkatan ’45
1.      Chairil Anwar
-          Kerikil Tajam (1949)
-          Deru Campur Debu (1949)
2.      Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
- Tiga Menguak Takdir(1950)
3. Idrus
-  Dari Maria Ke Djalan Lain Ke Roma (1948)
-  Aki (1949)
Perempuan dan kebangsaaan
3.      Achdiat K Mihardja
Atheis  (1949)
4.      .Trisno Sumardjo
Kata hati dan perempuan (1952)
5.      Utuy Tatay Sontani
Suling (Drama) (1948)
Tambera (1949)
Awal dan mira - drama satu babak (1962)
6.      Suman Hs .
Kasih Ta’  Terlarai (1961)
Mentjari  Pentjuri Anak Perawan (1957)

SEJARAH PERIODE 60-AN
(Sulistyorini, 2010: 70) Periode 60-an diwarnai politik yang kental sehingga  para sastrawan banyak yang terjun pada organisasi politik. Akibatnya, muncul kotak-kotak politik yang di dominasi oleh kaum komunis dalam kebudayaan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat).
Sejak tahun 1950-an, sudah terjadi berbagai macam polemik yang berpangkal pada perbedaan pandangan politik di dalam dunia Sastra Indonesia. Polemik-polemik tersebut dilancarkan oleh orang-orang penganut paham realisme-sosialis (filsafat seni kaum komunis) yang mempertahankan semboyan “seni untuk rakyat”.
Pada periode 1960-an muncul angkatan, yakni angkatan ‟66 yang kelahirannya diawali oleh adanya kemelut dalam segala bidang kehidupan di Indonesia yang disebabkan adanya teror politik yang dilakukan oleh PKI dan ormas-ormas yang bernaung di bawahnya.
Angkatan ‟66 mempunyai cita-cita pemurnian pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide yang terkandung di dalam Manifest Kebudayaan (MANIKEBU). Tumbuhnya angkatan ‟66 sejalan dengan tumbu hnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‟66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan tritura.
Para Sastrawan dan Karyanya
1.      Taufiq Ismail
Penyair ini terkenal dengan kumpulan sajak Tirani dan Benteng yang berjudul Seorang Tukang Rambutan dan Istrinya, Karangan Bunga, Sebuah Jaket Berlumur Darah, Syair  Orang Lapar, Salemba, Nasehat-nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa, Doa, Dari Catatan Seorang Demonstran, Oktober Hitam, Jalan Segara dll.
2. Bur Rasuanto
Dilahirkan di Palembang, 6 April 1937, adalah pengarang, penyair, wartawan. Ia menulis kumpulan cerpen Bumi yang Berpeluh (1963) dan Mereka Akan Bangkit (1963). Bur Rasuanto juga menulis roman Sang Ayah (1969);  Manusia Tanah Air (1969) dan novel Tuyet (1978).
3.      Goenawan Mohamad
Dilahirkan di Batang, 29 Juni 1941. Penyair, esais, wartawan, yang sampai sekarang menjadi pimpinan umum majalah Tempo  ini termasuk penanda tangan Manifes Kebudayaan. Ia menulis kumpulan sanjak Interlude, Parikesit (1971); kumpulan esai Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malinkundang (1972); Catatan Pinggir I (1982), Catatan Pinggir 2 (1989), Catatan Pinggir 3 yang dihimpun dari majalah Tempo. Karyanya yang lain: Asmaradahana (kumpulan puisi, 1992); Seks, Sastra, Kita (kumpulan esai); Revolusi Belum Selesai” (kumpulan esai); Misalkan Kita di Serayewo (antologi puisi, 1998).
4.    Subagio Sastrawardoyo
Karya-karyanya yaitu kumpulan sanjak Simphoni (1957); Daerah Perbatasan, Kroncong Motenggo (1975). Kumpulan esainya berjudul Bakat Alam dan Intelektualisme (1972); ManusiaTerasing di Balik Simbolisme Sitor, Sosok Pribadi dalam Sajak (1980); antologi puisi Hari dan Hara; kumcerpen Kejantanan di Sumbing (1965). Cerpennya Kejantanan di Sumbing dan puisinya Dan Kematian Makin Akrab meraih penghargaan majalah Kisah dan Horison
5. Sapardi Joko Damono
Karya-karyanya yaitu Duka-Mu Abadi (1969); Akwarium (1974); Mata Pisau (1974); Perahu Kertas (1983); Suddenly the Night (1988); Hujan Bulan Ini (1994). Kumpulan esainya Novel Indonesia Sebelum Perang (1979); Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978); Kesusastraan Indonesia Modern, Beberapa Catatan (1983); Sihir Rendra: Permainan Makna (1999); Politik Iodeologi dan sastra Hibrida (1999).
6. Titie Said Sadikun
Dilahirkan di Bojonegoro, 11 Juli 1935. Pengarang dan  wartawati yang pernah menjadi redaktur majalah Wanita, Hidup, Kartini, Famili ini menulis kumpulan cerpen Perjuangan dan Hati Perempuan (1962), novel Jangan Ambil Nyawaku (1977), Lembah Duka, Fatimah yang difilmkan menjadi Budak Nafsu, Reinkarnasi, Langit Hitam di Atas Ambarawa.
7.      Arifin C. Noer
Dilahirkan di Cirebon 10 Maret 1941. Penyair yang juga dramawan dan sutradara film ini menulis sanjak Dalam Langgar, Dalam Langgar Purwadinatan, naskah drama Telah Datang Ia, Telah Pergi Ia, Matahari di Sebuah Jalan Kecil, Monolog Prita Istri Kita dan Kasir Kita (1972, Tengul (1973), Kapai-kapai (1970), Mega-mega (1966), Umang-umang (1976), Sumur Tanpa Dasar (1975), Orkes Madun, Aa Ii Uu, Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi, Ozon. Karya-karyanya yang lain: Nurul Aini (1963); Siti Aisah (1964); Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi-puisi (1967); Selamat pagi, Jajang (1979); Nyanyian Sepi (1995); drama Lampu Neon (1963); Sepasang Pengantin (1968); Sandek,Pemuda Pekerja (1979)
8.      Hartoyo Andangjaya
Dilahirkan di Solo 4 Juli 1930, meninggal di kota ini juga pada 30 Agustus 1990. Penyair yang pernah menjadi guru SMP dan SMA di Solo dan Sumatra Barat.
Karya-karyanya yaitu Perempuan-perempuan Perkasa, Rakyat, juga Sebuah Lok Hitam, Buat Saudara Kandung dan Dari Sunyi ke Bunyi.
9.      Slamet Sukirnanto
Dilahirkan di Solo 3 Maret 1941. Penyair ini menulis buku kumpulan puisi Kidung Putih (1967); Gema Otak Terbanting; Jaket Kuning (1967), Bunga Batu (1979), Catatan Suasana (1982), Luka Bunga (1991).
10. Mohammad Diponegoro
Dilahirkan di Yogya 28 Juni 1928. Ia pengarang, dramawan, pendiri Teater Muslim, penyiar radio Australia. Karya-karyanya yaitu Yuk, Nulis Cerpen, Yuk (1985), drama Surat pada Gubernur, Iblis (1983), buku esai Percik-percik Pemikiran Iqbal (1984), antologi cerpen Odah dan Cerita Lainnya (1986).






SEJARAH PERIODE 1966 - 2000-AN ANGKATAN REFORMASI
Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Penulis dan karya sastra pada angkatan 1966
1.      Taufik Ismail
·         Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
·         Tirani dan Benteng
·         Buku Tamu Musim Perjuangan
·         Sajak Ladang Jagung
·         Kenalkan
·         Saya Hewan
·         Puisi-puisi Langit
2.Sutardji Calzoum Bachri
·         Amuk
·         Kapak
2.      Abdul Hadi WM
·         Meditasi (1976)
·         Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai
·         Sanur (1975)
·         Tergantung Pada Angin (1977)
3.      Sapardi Djoko Damono
·         Dukamu Abadi (1969)
·         Mata Pisau (1974)
4.      Djamil Suherman
·         Perjalanan ke Akhirat (1962)
·         Manifestasi (1963)
5.      Titis Basino
·    Dia, Hotel, Surat Keputusan(1963)
·    Lesbian (1976)
·    Bukan Rumahku (1976)
·    Pelabuhan Hati (1978)
·    Pelabuhan Hati (1978)
7.  Leon Agusta
·         Monumen Safari (1966)
·         Catatan Putih (1975)
·         Di Bawah Bayangan Sang
·         Kekasih (1978)
·         Hukla (1979)











Angkatan 1980 - 1990an
Hilman Hariwijaya penulis cerita remaja pada dekade 1980 dan 1990 Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie. Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Ahmadun Yosi Herfanda
Ladang Hijau (1980)
Sajak Penari (1990)
Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
Sembahyang Rumputan (1997)
Y.B Mangunwijaya
Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
Bako (1983)
Dendang (1988)
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
Nyanyian Gaduh (1987)
Matahari yang Mengalir (1990)
Kepompong Sunyi (1993)
Nikah Ilalang (1995)
Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
Gustaf Rizal
Segi Empat Patah Sisi (1990)
Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
Ben (1992)
Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
Remy Sylado
Ca Bau Kan (1999)
Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Afrizal Malna
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
Dinamika Budaya dan Politik (1991)
Arsitektur Hujan (1995)
Pistol Perdamaian (1996)
Kalung dari Teman (1998)
Templat:Lintang Sugianto
Templat:Matahari Di atas Gilli (1997)
Templat:Kusampaikan kumpulan puisi (2002)
Templat:Menyapa Pagi Anak Aceh (2004)
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu
KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang
"Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya
Angkatan Reformasi
karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya
seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan
dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas
pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak
bertema sosial-politik.

Latar Belakang Lahirnya Angkatan 2000
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘Juru bicara’ . Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal yang diterbitkan oleh Gramedia Jakarta tahun 2002, seratus lebih penyaiir, cerpennis, novelis, esais dan kritikus sastra dimasukan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak tahun 1980-an, seperti Afrisal Malna, Abmadun Yossi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma. Serta yang muncul pada akhir tahun 1990-an seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany. Menurut Korrie,Afrisal Malna melansir estetik baru yang digali dari sifat missal benda-benda dan manusia yang dihubungkan dengan peristiwa tertentu dari interaksi missal. Setelah terjadi reformasi, ruang gerak masyarakat pada awalnya merasa selalu dibekap dan terganjal oleh gaya pemerintahan Orde Baru yang represif tiba-tiba memperoleh saluran kebebasan yang leluasa.
Kesusastraan seperti dalam sebuah pentas terbuka dan luas. Para pemainnya boleh berbuat dan melakukan apa saja namun ada suasana tertentu yang mematangkannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar